Kemusyrikan islam di zaman modern
“Akankah mutiara
kita jadikan batu atau batu kita jadikan mutiara. Mari kita refleksikan pada
diri kita sendiri dan mari kita bumikan ajaran islam yang telah kita dapatkan.
Ilmu tanpa amalan bagaikan pohon yang tidak berbuah.”
Kemusyrikan
merupakan salah satu kegiatan yang sudah lama menjamur dalam dunia islam
khususnya. Musyrik adalah kata yang sering digunakan orang sebagai tanda
penghianatan, pengingkaran, penyekutuan, dan sebagainya terhadap Tuhan dan
ajarannya. Dalam ajaran islam banyak terdapat larangan-larangan yang
mengharamkan tindakan musyrik yang menyamakan tuhan dengan sesuatu dan
mempercayai kekuatan selain dari Allah SWT. Banyak sekali para ulama,kyai,ustad
dan pemuka agama islam berusaha menghapus kemusyrikan yang melanda umat islam
bahkan sejak adannya islam didunia. Namun,upaya tersebut belum menghasilkan
kesempurnaan. Banyak sekali masyarakat khususnya umat islam yang melanggar
aturan tersebut. Padahal mereka mengetahui aturan-aturan yang ada dalam agama
mereka.
Paradigma
kajian musyrik pada setiap jaman mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda.
Pada jaman dahulu kemusyrikan berbentuk kongkrit tapi diera jaman yang modern
ini banyak muncul kemusyikan yang berbentuk abstrak.bentuk kongkrit yang
dimaksud adalah musryik yang nyata,misalnya menyembah
berhala,pohon,batu,dll.sedangkan yang dimaksud musrik abstrak adalah
kemusyrikan yang tidak nampak secara visual,misalnya yang lebih terkenal pada
masa sekarang adalah memunafikan ajaran islam yang dilakukan oleh umat islam
sendiri.Dilihat dari perkembangan jaman yang serba maju dan modern seharusnya
manusia lebih meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT bukan malah sebaliknya
mengingkari ajarannya. Banyak sekali manusia yang berpengetahuan agama secara
luas akan tetapi pada implementasinya masih sangat diragukan.pada masalah
ini timbul dalam pertanyaan,Apa tujuan ajaran tersebut?. Dalam pertanyaan tersebut
pasti banyak yang bisa menjawab dengan berbagai dasar dan alasan akan tetapi
semuanya tetap dalam jangkauan teori yang abstrak jauh akan prakteknya.
Banyak
sekali contoh-contoh yang dapat kita kaji dalam kehidupan ini yang bersangkutan
dengan relevansi ajaran dengan implikasinya. Misalnya ,kasus yang menjadi
globalisasi para remaja yaitu “PACARAN”.Bnyak sekali remaja yang
mengalami kerugian negatif dalam dampak pacaran tersebut, sebagai contoh: hamil
diluar nikah, kekerasan, dan yang lebih memprihatinkan, mereka lebih
mengutamakannya (pacaran) daripada hal-hal lain. Apalagi yang lebih
mengherankan hal tersebut banyak dilakukan oleh kalangan pelajar baik siswa
maupun mahasiswa,tidak melihat pendidikan berlatar belakang agama maupun
umum.Padahal sudah jelas dalam ajaran Islam tercantum pokok bahwa setiap muslim
dilarang untuk mendekati perbuatan zina sebelum hubungan yang sah. Dalam kasus
ini banyak timbul pertanyaan-pertanyaan “apa arti pacaran?, apa manfaat
pacaran?”. Dalam menjawab pertanyaan tersebut pada masing-masing seseorang
mempunyai argument yang berbeda-beda menurut pemahaman mereka. Kata “pacaran”
sebenarnya merupakan akulturasi bahasa dari pengertian ta’aruf yang berarti
perkenalan. Namun, pada kebanyakan remaja menafsirkan kata pacaran menurut
konsep individu mereka sendiri-sendiri.
Sebenarnya
kita bisa mengatasi implikasi dari kata pacaran sehingga tidak menjadi negatif
dalam perbincangan. Mungkin beberapa langkah sebelum memulai ta’aruf (pacaran)
dalam pasangan remaja: pertama, bersilaturrahmi dengan kedua orang tua
masing-masing sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman. Kedua, saling menjaga
batasan-batasan antara pasangan tersebut sesuai dengan norma, ajaran agama, dan
aturan sosial lainnya serta tidak melanggar hukum adat maupun negara. Selain
pacaran ada juga kasus pemunafikan ajaran agama,yaitu umat Islam diajarkan
untuk saling membantu bagi umat Islam lainnya yang mengalami kesulitan. Namun
dalam prakteknya hal itu hanya menjadi sebuah wacana tanpa ada koherensi antara
teori dengan prakteknya. Dalam kehidupan banyak sekali kita temukan
masyarakat-masyarakat yang membutuhkan uluran tangan dari para dermawan,
misalnya, anak terlantar(gelandangan), pengemis, tunawisma,anak yatim piatu.
Akan tetapi, hampir semua (pe-teori) yang membahas hal tersebut seakan mereka
menutup telinga dan mata. Sebenarnya, apa maksud dari kajian keilmuan itu yang
seakan mereka hanya cukup dalam sebatas teori. Dari sedikit kajian diatas
banyak sekali contoh-contoh yang belum kita pecahkan dalam misteri ajaran agama
yang sudah kita ketahui.
Sebenarnya
bannyak sekali hal-hal yang dapat kita lakukan untuk tidak mengingkari,
menyekutukan,memunafikan ajaran-ajaran islam salah satunya dengan
bersungguh-sungguh dalam mempelajari ajaran islam dan selalu ingat kepada Allah
SWT. Banyak sekali ayat dalam al-quran maupun hadits yang menerangkan perintah
tersebut,misalnya dalam surat al-luqman(13) yang artinya:” dan
(ingatlah)ketika luqman berkata kepada anaknya,diwaktu ia memberi nasehat
kepadanya,” hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah,sesungghnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar –benar kedzaliman yang besar”. Dari
ayat tersebut sebenarnya dapat kita pahami bahwa musyrik adalah perbuatan yang
sangat dilarang oleh agama islam serta hal-hal yang berindikator kemusyrikan
misalnya,mengingkari/memunafikan ajaran islam serta aqidahnya.
Pada era globalisasi
yang serba maju dan modern seharusnya manusia lebih maju pula perkembangan
intelektualnya serta semakin meningkatkan keadilan,kesejahteraan,
persatuan dan kesatuan antar sesama dan lingkungan. Tapi, hal tersebut hanya
menjadi angan- angan dan konsep yang semu. Banyak masyarakat lebih mementingkan
individu mereka, memanipulasi keadilan,saling bermusuhan,yang semuanya itu
hanya untuk mencapai kepentingan perorangan atau dunia belaka tanpa memikirkan
akibatnya. Hal tersebut tentunya sangat jauh dengan apa yang diajarkan oleh
islam yang syarat akan perdamaian,keadilan,dan kesejahteraan umat. Sesungguhnya
amalan –amalan yang kita lakukan didunia semuanya akan kembali kepada
Allah SWT seperti yang terkandung dalam hadits yang artinya:”tiadalah aku
didunia ini,kecuali hanya ibarat pengembara yang berteduh dibawah pohon yang
kemudian pergi meninggalkanya “(H.R.Tirmidzi). Dari keterangan hadits
tersebut seharusnya manusia lebih paham akan kesemuan hidup didunia dan kekelan
hidup selanjutnya. Tetapi mengapa manusia masih saja ingkar terhadap ajaran
agama yang seharusnya mereka gunakan sebagai pedoman hidup mereka.
Untuk itu
mulai sekarang mari kita instropeksi diri,akankah kita tergolong orang-orang
yang munafik dan musyrik atau orang-orang yang selalu berpegang pada
ajaran agama. Dalam menjawab pertanyaan tersebut kita tidak bisa bertanya
kepada orang lain namun bertanyalah pada diri anda sendiri. Mari bersama –sama
kita bangun ajaran islam yang sesungguhnya, yang tidak hanya teoritis
namun juga terbumikan dalam kehidupan ini. Tidak hanya dalam paradigma masalah
umat pada masa sekarang ,akan tetapi terlaksananya ke-taqwa-an serta ke-iman-an
terhadap Allah SWT yang benar –benar terbentuk dalam hati umat islam
semuanya dan dan terefleksi pada masyarakat umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar